05/09/13

Gedung Bioskop Sena Bumiayu, Tinggalkan Kenangan Sejarah.


Brebes(MP)-  Kota Bumiayu yang terletak diwilayah selatan Kabupaten Brebes  Jawa Tengah, menjadi daerah penghubung antara pantura dan selatan, jalur Kota Tegal- Purwokerto.  Di kota kecil ini berdiri sebuah gedung Bioskop Sena yang kini keberadaanya cukup memprihatinkan, hanya menyisakan bangunan kuno dan  dibiarkan begitu saja, konon kabarnya bangunan bersejarah ini didirikan sejak awal Tahun 1951.

Bangunan yang berlokasi dijantung Kota Bumiayu atau di Jalan KH Ahmad Dahlan merupakan satu-saunya tempat hiburan rakyat dari generasi ke generasi. Pasalnya, sejak jaman penjajahan sering dijadikan pementasan kesenian ketoprak, sandiwara dan tonil, dan yang tidak asing lagi dipentaskan adalah cerita Kamandaka.

“Sekarang dengan maraknya media elektronik seperti televisi, video dan sejenisnya menjadikan Bioskop Sena gulung tikar, karena kini  masyarakat sudah  beralih ke media yang ada di rumah masing-masing, dan itu terjadi sejak mulai tahun 1980,” terang Sahroni (83) warga setempat.

Dikatakan dia, dijaman sebelumnya juga terjadi pasang surut, apalagi sepanjang revolusi (1945-1949) lokasi ini menjadi sepi, baru pada 1951 di bangun gedung hiburan yang pada awalnya diberi nama Venus. Namun Venus berganti nama menjadi Sena, karena pada saat itu dinilai terlalu kebarat-baratan. Sebelum meletus Gestok (Gerakan Satu Oktober) tahun 1965 gedung Sena sudah terkenal.

Hal senada dikatakan Tan Ing Haay (71) warga keturunan Tionghoa yang tinggal tidak jauh dari bangunan gedung Sena. Menurutnya, gedung Sena berdiri diatas lahan bekas sekolah milik warga Tiong Hwa Hwee Koan (THHK) dan awal pendiriannya mulai dilakukan sekitar tahun 1951. Sebelumnya, pada tahun 1947 saat agresi militer Belanda I terjadi, rakyat membakar habis sekolah Tionghoa. Saat itu rakyat beranggapan komunitas Tionghoa tidak pro terhadap kemerdekaan.

“Akhirnya oleh rakyat dan tentara, bekas bangunan sekolah tersebut dibangun gedung baru untuk tempat pertunjukan yang pada saat itu belum bernama Gedung Sena. Sena lantas dimanfaatkan sebagai tempat hiburan rakyat dan tentara sehabis perang kemerdekaan,” ungkap Pengurus Yayasan Eka Bhakti selaku penerus THHK ini.

Saat ini pun kondisi Gedung/Gedong Sena tidak terawat, selain menyisakan tembok yang memang masih berdiri kokoh, rumput liar tumbuh lebat didalamnya. Kondisi ini cukup disayangkan oleh sejumlah aktivis seni yang ada di Bumiayu, karena menurut mereka, Gedong Sena masih memiliki roh sebagai gedung tempat hiburan bagi masyarakat.

Budi, salah satu pegiat seni dan budaya Bumiayu mengaku saat ini merasa kesulitan dalam menuangkan karyanya. “Jika saja pemerintah mau menghidupkan kembali Gedong Sena, tentu bisa mewadahi kami untuk berkarya,” ujarnya. (imam suwondo)



Dalam menjalankan tugasnya semua wartawan Muara Pos dibekali Surat Tuas dan ID Card serta namanya tercantum dalam Box Redaksi

Kisah Nyata

Sosok