14/09/13

Paguyuban Tamansari Eksis Lestarikan Ronggeng

Teguh Herdi Sancoyo ( No.2 Dari Kiri )   
SLAWI(MP)- Malam itu cuaca cukup cerah dam bersahabat. Suasana desa yang biasanya nampak sepi, berubah menjadi ramai. Masyarakat yang setiap malamnya banyak menghabiskan waktu santainya didalam rumah, berbondong-bondong ngeluruk balai desa. Rasa penasaran dari beberapa warga setempat terjawab sudah. Masyarakat desa senang dengan adanya pertunjukan seni yang menghibur, dan juga kedatangan tamu pecinta seni.
Ya, rombongan Tim Pecinta Seni Tradisional Kerakyatan yang dipandegani Kabid Pemuda dan Olah Raga (POR) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dindikpora) Kabupaten Tegal, Teguh Herdi Sancoyo, SPd MM bertandang ke Balai Desa Tamansari, Kecamatan Jatinegara. Mereka diantaranya, Mujiarti SPd guru Seni Budaya SMP Negeri 1 Adiwerna, Junaidi SPd guru Seni Budaya  SMA Negeri 3 Slawi dan Endri Muris Jatmiko SPd guru SMP Negeri 1 Slawi. Kedatangan rombongan untuk menyaksikan pagelaran seni karakyatan ‘Ronggeng’ yang dimainkan oleh Paguyuban Sukma Sari pimpinan Suwandi.
Jumat malam itu, penari nan gemulai gerakannya menarik semua mata, membuat penyawer hanyut dalam tarian. Si Manis dan Yati Sang Rongeng cantik itupun terus menari, menghibur dan larut dalam alunan tembang-tembang Jawa dan Tegalan oleh lantunan Sinden cantik, Supriyati. Ketrampilan Nayogo dalam memainkan gamelan menambah pertunjukan seni kerakyatan malam itu menjadi semarak dan rancak. Ronggeng Tamansari memang layak diapresiasi.
“Sebetulnya Sukma Sari adalah pemberian nama untuk grup Sintren, namun karena Sintren hanya dimainkan di musim kemarau yang bertujuan untuk meminta hujan, maka saat Sintren tidak dimainkan, Ronggeng-lah sebagai pengisi kegiatan Paguyuban Sukma Sari agar tetap eksis didunia seni kerakyatan,” terang Roso, selaku Pembina.
Dia mengungkapkan, ada kejadian aneh yang tertangkap saat pegelaran Ronggeng berlangsung. Waktu itu salah satu pengunjung meminta para Nayogo untuk memainkan lagu ‘Eling-eling’ Intro gamelan baru dimanikan, sontak Yati tidak sadarkan diri alias kesurupan. Menurut Karnadi selaku pawang, Yati adalah seorang penari Sintren, hatinya sudah ada ikatan dengan hal-hal yang berbau Sintren, entah itu musik maupun lagu yang biasa dimainkan dalam pertunjukan Sintren.
Sementara dalam kesempaatn itu, Teguh Herdi mengatakan, Ronggeng Tamansari adalah salah satu keunikan dari seni kerakyatan yang harus tetap dilestarikan sebagai budaya leluhur nenek moyang bangsa Indonesia. Pihaknya merasa kagum dengan masyarakat  Desa Tamansari yang dengan antusias baik tua maupun muda menyaksikan pementasan Ronggeng sampai selesai.
“Inilah yang namanya berkesenian, ada interaksi antara pelaku dengan penonton. Pelaku senang menyajikan, penonton senang menikmati, maka kesenian akan berjalan dan lestari,” kata Teguh yang publis di Jatinegara.
Dia menambahkan, di Kecamatan Jatinegara khususnya di Desa Tamansari ternyata tidak hanya Ronggeng yang dilestarikan. Karena disamping Sintren, Lais (sintren Laki-laki) ada juga Jaran Ebeg (Kuda Lumping) yang masih sering dipertunjukan.(didik yuliyanto)
Dalam menjalankan tugasnya semua wartawan Muara Pos dibekali Surat Tuas dan ID Card serta namanya tercantum dalam Box Redaksi

Kisah Nyata

Sosok