Di Tegal, jika selama ini banyak penyair mensosialisasikannya sekadar ditempuh lewat penerbitan buku, lomba, dan pementasan demi pementasan baca puisi. Lain ceritanya lagi dengan cara yang ditempuh Apito Lahire. Penyair asal Kabupaten Tegal ini, justru lebih menukik dan jeli.
Di era digital seperti munculnya multimedia ini, penyair Apito Lahire yang multitalenta mendaraskan sejumlah puisi bahasa Tegal mengurainya cukup dalam bahasa gambar. Sejumlah puisi tegalan ia pilih untuk dibikin video klip. Termasuk memilih lokasi pembuatan video klipnya banyak membidik daerah-daerah di sekitar Kabupaten maupun Kota Tegal.
Pada sajak “Kangen Kowen” misalnya, pengambilan gambar di Bendungan Ekoproyo Desa Pesayangan, Kabupaten Tegal. Batu-batu yang bertumpuk dan mengampar di sepanjang Sunga Gung dengan ilalang meranggas kering kerontang. Di atas jembatan terlihat hilir mudik kendaraan dalam ke tinggian lima meter dan dengan bertelanjang dada, Apito pun beraksi di hadapan kamera.
Dari pengambilan gambar di bendungan, lokasi berpindah ke sudut-sudut kampung Desa Pekiringan, dilanjutkan ke obyek Wisata Pantai Alam Indah (PAI) Kota Tegal untuk membidik sepasang kekasih yang tengah bercanda di derunya empasan ombak lautan.
Bagi Apito, pengambilan gambar tersebut dimaksudkan sebagai upaya dari bagian gambaran untuk mentragiskan pengkhiatanan wanita terhadap kekasihnya seperti yang digambarkan sajak “Kangen Kowen”.
“Saya ingin mendapatkan gambar yang puitis, romantis sekaligus menyayat. Saya memilih lokasi pantai, reranting dan ilalang-ilalang menjuntai kering meranggas dengan kondisi Kali Gung tengah dihantam kemarau panjang, sebagai upaya untuk mengharubirukan suasana perasaan penikmat klip tersebut,” ujar Apito usai pengambilan gambar di PAI.
Apito menandaskan, selama ini sosialisasi baca puisi di Tegal dan daerah sekitar hanya berkutat di gedung-gedung kesenian, sekolahan, auditorium perguruan tinggi, pondok pesantren, atau sekadar bergulir pada even lomba baca puisi.
“Di era kecanggihan multimedia seperti sekarang ini, sosialisasi puisi harus bergerak lebih maju antara lain berpindah ke video klip dalam bentuk VCD. Dengan demikian, arena baca puisi tak lagi sempit. Tapi menyebar meluas bahkan bisa menggelobal jika nantinya di unggah ke Youtube, Twitter dan Facebook. Ini sebuah fasilitas yang menyebabkan pembacaan puisi menembus batas dan ruang dunia. Bayangkan saja, sajak tegalan bisa dinikmati oleh masyarakat penjuru dunia, apa ini bukan lonjakan spektakuler?”
Menurut Apito, gerakan memasyarakat-kan puisi lewat video klip merupakan promosi jitu sebagai jawaban atas tantangan jaman yang semakin kompleks dan bergerak menuju era multimedia.
Alih media pembacaan puisi Apito ke bahasa gambar, ada 7 buah nomor puisi berjudul “Tak Jaluk”, “Nggayuh”, “Ngertia Maring Enyong”, dan “Kangen Kowen” diambil dari antologi “Nawu” karya terbaru Lanang Setiawan. Termasuk di dalamnya bonus lagu-lagu Tegalan.
Untuk menunjang kelengkapan gambar dalam video klip tersebut, tidak tanggung-tanggung memakai beberapa figuran penyair Moh. Mi'roj Adhika, dan bintang Youtube lagu-lagu Tegalan Vera Utami dipadu dengan racikan musik orkestra lagu tegalan garapan Bintoro Tanpo Aran.
Sebagai penyair yang mumpuni dan berkelas nasional, suara Apito mampu menyuguhkan pembacaan cukup baik. Vokalnya terkadang menghiba, menyanyat tapi kadang-kadang berubah menjadi jeritan laksana srigala yang terluka ditingkah rengekan biola yang dimainkan pemusik Bintoro. Tikaman musik yang sewaktu-waktu menyanyat disongsong suara Apito dalam pembacaan ngerol bak suara-suara burung yang berkicau.
Hampir rata-rata penghayatan sajak-sajak asmara, relijius dan kritik sosial yang dibikin Lanang Setiawan, mampu dibangun Apito hingga menghasilan pemaknaan dalam pembacaannya yang meruap, mengentak, menyayat, mengharubiru sekaligus. Tak mengherankan jika hasil video klip tersebut menjadi suritauladan untuk para penyair Tegal khusunya untuk, setidaknya belajar bagaimana selaiknya belajar pada pembacaan puisi yang dilakukan oleh Apito Lahire.
Menurut sutradara Apang Poltak Angguran, video klip tersebut laik sebagai bahan ajar bagi para pelajar dan untuk itu sangat penting dimiliki oleh para guru.
“Video klip baca puisi ini sangat perlu dimiliki oleh khususnya para guru kesenian agar bisa menularkan pada anak didiknya,” tandas Apang Angguran.
Menurut dia, Apito Lahire dalam memvisualkan pembacaannya dalam video klipnya itu cukup menguasai teknik-teknik pembacaan puisi. Ia cukup cadas dan detail memberi penekanan pada kata-kata bahasa tegalannya, yang dinilai sangat jarang dilakukan para penyair di daeranya. Lewat pembacaan puisi tegalan Apito Lahire ini, kita semua seolah sedang dipertontonkan car abaca puisi tegalan yang baik, bermutu, dan berkelas inggil.
“Miliki segera video klip pembacaan puisi tegalan Apito ini, menjadi amat penting dan berguna sebagai bentuk pembelajaran,” kata Apang Poltak Anggura yang juga bertindak sebagai direktur pemasaran.
Menurut Apang, video tersebut sudah memasuki tahap pemasaran di wilayah Tegal dan sekitarnya. Bahkan, katanya lebih lanjut, beberapa seniman di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan Selatan, sudah memesan beberapa keping .
Endhy Kepanjen