Awal Peristiwa
Disambangi di kediamannya, Jum'at, tiga pekan lalu, Gis yang masih nampak sangat terpukul atas peristiwa yang dialaminya, awalnya tidak bersedia untuk ditemui dan melakukan wawancara dengan MP. Namun setelah dibujuk oleh sang ibu, dan MP melakukan pendekatan, gadis berkulit hitam manis dan berwajah lembut itu akhirnya bersedia ke luar dari dalam kamarnya, lalu melakukan obrolan di ruang tamu berukuran 4X4 meter.
Menurut gadis jebolan sebuah SMP negeri di Kota Tegal ini, pengalaman traumatik yang telah dialaminya itu berawal dari datangnya salah seorang teman berinisial Tor. Hari itu, Selasa (15/11) lalu, sekitar pukul 14.00.WIB, Tor datang ke rumah Gis dengan membawa dua orang pemuda yang sebelumnya belum pernah dikenal oleh Gis. Kedatangan ketiga pemuda yang masing-masing mengendarai sepeda motor Vario, Mio, dan Jupiter Z tersebut, tidak lain adalah untuk mengajak Gis menghadiri sebuah acara reuni.
Karena Gis mengenal Tor, ajakan itupun diterimanya. Bahkan Tor sempat meminta ijin secara langsung kepada ibunda Gis, yang juga sempat berpesan kepada Tor agar jangan terlalu lama. Setelah mendapat restu dari sang ibu, gadis lugu itupun meninggalkan kediamannya bersama ketiga pemuda dimaksud. “Waktu baru datang, Tor memperkenalkan kedua temannya kepada saya, yang satu bernama Zal, dan satunya lagi bernama De (keduanya inisial,red), katanya mereka anak SUPM Tegal. Dan waktu pergi dari rumah, karena saya kenalnya dengan Tor jadi saya membonceng Tor.Terus mereka membawa saya ke arah Slawi dan berhenti di sebuah rumah. Saya tidak tahu nama daerahnya, tapi yang jelas melewati pasar Jati Barang,” papar Gis, mengawali ceritanya, dengan wajah sendu.
Gis menuturkan, ketika rombo-ngannya masuk ke dalam rumah tersebut, disana ia mendapati empat pemuda yang sama sekali tidak dikenalnya, dan keempat pemuda itu nampak sedang menenggak minum-minuman keras. Tor pun mengajak Gis untuk duduk bergabung bersama mereka. “Sebetulnya, karena saya takut, detik itu juga saya sudah minta agar Tor mengantar saya pulang, tapi dia bilang masih nunggu teman-teman cewek lainnya. Saya juga tidak tahu itu rumah siapa,” tuturnya.
Pemerkosaan di Tepi Hutan
Rasa takut pun konon kian merasuki jiwa Gis, apa lagi dia menyaksikan ketujuh pemuda itu kesemuanya menenggak minum-minuman keras berupa Ciu. Dan iapun sempat berusaha keluar dari dalam rumah itu, untuk melarikan diri. Namun upayanya gagal karena keburu diketahui oleh Tor. Bahkan Tor sempat akan memukulnya menggunakan helm. ”Tor menarik saya masuk lagi ke dalam rumah itu, terus saya dipaksa minum. Karena saya takut, terpaksa saya mau. Terus waktu kepala saya sudah mulai terasa pusing, Tor mengajak saya ke luar dari rumah dan memboncengkan saya naik motornya. Saya kira dia mau mengantar saya pulang, tapi gak tahunya saya dibawa ke tepi sebuah hutan,” urainya, dengan menitikkan air mata.
Gis mengungkapkan, sesampainya di tepi hutan, Tor mematikan mesin kendaraannya lalu turun, dan menarik tangan Gis untuk menjauh dari sepeda motor. Kemudian disitu Gis dipaksa untuk melayani nafsu bejadnya. “Dia melepas celana panjang saya dengan paksa, dan waktu saya berusaha berontak, dia mau memukul saya. Saya takut, mau teriak juga gak ada siapa-siapa, suasananya sepi sekali,” ungkap Gis, masih meneteskan air mata.
Usai melampiaskan hasratnya, masih menurut pengakuan Gis, Tor tidak mengantarnya pulang ke rumah orang tua Gis, melainkan kembali ketempat dimana teman-temannya berkumpul. Gis pun manut saja, bak kerbau dicocok hidungnya, apalagi mengingat hand phone (HP) miliknya masih tertinggal ditempat tersebut. “Waktu Tor membawa saya ke luar dari rumah itu hp saya tertinggal disana, jadi waktu balik lagi ke rumah itu saya pikir sekalian untuk ambil hp,” katanya.
Digilir Namun apa yang terjadi kemudian di dalam rumah itu ternyata justru lebih menyakitkan, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak oleh Gis. Pasalnya, disaat ia akan mengambil hp miliknya yang terletak di dalam kamar, ternyata seseorang mendorong tubuh Gis hingga ia terjatuh. Dan disaat ia terjatuh pemuda itu langsung menindihi tubuhnya lalu menggagahinya secara paksa, diikuti oleh enam pemuda lainnya, termasuk Zal, De dan Tor.
“Awalnya saya sudah minta tolong Tor untuk mengambilkan hp saya, tapi dia malah menyuruh saya untuk mengambil sendiri. Nah waktu saya baru mau masuk pintu kamar itulah teman Tor mendorong saya sampai saya jatuh, terus yang lain juga ikut masuk ke kamar dan memegangi tangan saya. Saya sudah berusaha berontak sampai tenaga saya lemas,” papar Gis, tertunduk, dan membiarkan air matanya jatuh diatas pangkuannya.
Kemudian, masih menurut penuturannya, diantara sadar dan tidak, disaat ia tengah digagahi oleh salah satu dari mereka, sementara dua orang pemuda lainya memengang erat tangan kiri kanannya, matanya sempat melihat tiga pemuda lainnya jongkok menyaksikan temannya yang tengah memperkosa dirinya, seolah mereka tengah menunggu giliran. Dan memang benar adanya, setelah pemuda pertama usai menunaikan hajatnya, diteruskan oleh yang lainnya.
“Malam itu saya diantri tujuh orang. Badan saya lemas sekali, sampai saya pingsan dan baru sadar keesokan harinya. Dan waktu paginya saya mau pulang, Tor juga melarang saya sampai kami ribut didepan rumah. Akhirnya Zal yang memboncengkan saya naik motornya dia, tapi ternyata dia juga bajingan,” tutur Gis, sambil menyeka air matanya.
DigrebekMenurut penuturan Gis, peristiwa menyakitkan itu ternyata tidak berhenti cukup sampai disitu, karena Zal yang semula diharapkannya bisa mengantarkannya pulang kembali ke rumah orang tuanya, dan bisa menceritakan seluruh apa yang sudah terjadi, ternyata kebiadabannya tidak jauh berbeda dengan teman-temannya. Pasalnya, Zal tidak langsung mengantarkan Gis pulang, melainkan mengajaknya mampir ke sebuah tempat kos yang konon tempat tinggal salah satu temannya yang masih sekolah di STM Bahari. Dimana tempat kos itu tidak jauh dari sekolah tersebut, dan juga tempat tinggal orang tua Gis.
“Waktu saya dan Zal datang ke tempat kos itu teman Zal memang tidak ada, dia sudah berangkat ke sekolah, dan Zal mengambil kunci yang diselipkan di atas pintu. Saya nurut diajak mampir kesana wong katanya Zal cuma pengin kencing,” kata Gis, nampak mulai sedikit tegar.
Tapi ternyata, masih menurut penuturan Gis, tidak lama kemudian Zal juga memaksa dirinya untuk melakukan perbuatan mesum di tempat tersebut, hingga keduanya digrebek oleh ketua RT dan warga setempat. ”Awalnya saya nunggu Zal sambil duduk di luar rumah itu, tapi karena Zal bilang gak enak kalau dilihat orang, dengan sangat terpaksa saya masuk ke kamar. Tapi di dalam kamar, Zal kemudian memaksa yang pada saat itu kondisi saya masih lemas, sehingga tidak berontak, sampai akhirnya pintu kamar didobrag dari luar dan kami dibawa petugas polisi ke kantor polisi (Polres Tegal Kota, red).
Atas semua rentetan kejadian tersebut Gis berharap agar seluruh pelaku bisa tertangkap dan menerima hukuman yang setimpal. “Harapan saya semua pelaku yang memperkosa saya bisa tertangkap dan dihukum sebarat-beratnya,” tegasnya, yang kemudian mengakhiri obrolan dengan MP. (yan)