TEGAL(MP)- Warga Sulawesi
Selatan mungkin tidak akan pernah lupa akan peristiwa kekejaman pasukan Belanda
Depot Speciale Troepen (DST) pimpinan Raymond Pierre Paul Westerling. Peristiwa
pembantaian secara kejam yang dilakukan oleh pasukan Belanda di sejumlah daerah
di wilayah Sulawesi Selatan memakan korban sekitar 40.000 jiwa rakyat Indonesia.
Peristiwa
kekejaman yang tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan
penjajahan Belanda, terjadi pada rentang bulan Desember 1946-Februari 1947.
Peristiwa itu terjadi selama operasi militer Counter Insurgency (penumpasan
pemberontakan). Waktu itu Belanda menamakan pejuang Indonesia yang menentang
dan melawan penjajah Belanda sebagai pemberontak.
Guna
mengenang peristiwa kekejaman Westerling tersebut, ratusan warga Sulawesi
Selatan (Sulsel) yang berada di Jawa Tengah berkumpul di Kota Tegal yang
dipusatkan di Auditorium BPPP/SUPM Negeri Tegal, Minggu (1/9). Acara itu sekaligus
juga menjadi ajang pertemuan tahunan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS)
yang tersebar di Propinsi Jawa Tengah.
“Peringatan
dipusatkan di Kota Tegal yang sekaligus juga menjadi ajang pertemuan tahunan dan
Halal Bihalal warga KKSS Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Brebes dan Pemalang serta
warga Sulsel yang tersebar di sejumlah kota di Jateng,” terang Ketua Kerukunan
Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Cabang Tegal, Ir Salim Mas’oed MM.
Acara
tersebut menghadirkan, pembicara Prof Dr Laode Kamaluddin dengan materi yang
disampaikan, yakni Hikmah Halal Bihalal, mantan Wagub Jateng Dra Rustriningsih
MSi dengan materi Hikmah dan Kilas Balik Peristiwa Korban 40.000 Rakyat
Indonesia di Sulawesi Selatan.
Turut
hadir dalam kesempatan itu, penceramah Ir Sony Noryatno, Drs Andi Sulolipu, H
Laica SH, Drs Rofiq, Drs H Yasin Kara dan Andi Sannang serta para Ketua KKSS
cabang. (didik yuliyanto)